Dalam
proses kegiatan kami sebagai konsultan leadership, kami menemukan
pembelajaran berharga dari dinamika hubungan kerja. Salah satu penyebab
adalah hilangnya ‘kemauan’ dan ‘kemampuan’ untuk bekerja sama dalam tim.
Roh penting dalam team work adalah ‘kemauan’ untuk saling mendengar,
karena itulah, ‘kemampuan’ mendengarkan menjadi skill yang sangat
dibutuhkan dalam semua bentuk hubungan baik.
Tetapi, para
Leader juga menemukan, bahwa ‘kemauan dan kemampuan mendengar’ itu
selalu menjadi kendala besar demi menciptakan team kerja yang efektif.
Tim kerja hanya bisa berfungsi optimal bila ada kerja sama dari
anggota-anggotanya. Anda mengetahui bahwa organisasi yang tidak efektif
bisa membuat
seluruh stake holder frustasi dan bahkan menyedot terlalu banyak energi hanya sekedar untuk menghadapi konflik-konflik internal.
Sebagai
Leader, Anda perlu memahami apa yang diinginkan oleh anggota dan
mengapa mereka mengiginkan itu. Dengan pemahaman ini, Anda akan
menemukan cara untuk membentuk hubungan-hubungan baik itu.
Hubungan-hubungan dalam dunia kerja adalah jejaring, bukannya tunggal.
Karena itulah membutuhkan semua pihak untuk bersama-sama melakukan
hal-hal yang baik. Apa yang bisa membuat hubungan-hubungan itu menjadi
lebih baik adalah dengan adanya sikap-sikap positif, kooperatif dan
saling menghargai. Kerangka sikap ini musti dilandasi untuk mencapai
satu tujuan yang sama. Inilah yang membutuhkan hubungan-hubungan efektif
yang berdasarkan pada kesepemahaman bersama.
Hubungan yang
berkualitas bagus membuat setiap orang bahagia. Benarkan? Mungkin Anda
pernah menemukan banyak orang bahagia meskipun mereka hidup kekurangan.
Mereka tetap menikmati hidup bahagia karena mereka berbagi kehidupan
bersama-sama, dan itu membuat mereka kuat. Kebahagiaan bisa
muncul dalam situasi apapun, kecuali jika hubungan-hubungan antar pribadi jelek.
Bagaimana mewujudkannya?
Dalam hubungan yang efektif, pihak-pihak saling memahami posisi dan
perasaan masing-masing. Cara paling mudah untuk memahami orang lain
adalah mengerti apa hal-hal yang penting bagi orang lain itu. Untuk
mengerti apa yang penting bagi mereka adalah bertanya. Setelah bertanya,
Anda harus mampu ’mendengar’. Coba refleksikan pada diri Anda sendiri.
Ketika orang lain tertarik kepada kita, kita mengerti atau merasakannya
khan? Bila Anda benar-benar memunculkan rasa tertarik pada orang lain,
ia juga akan mengerti dan merasakan hal yang sama.
Jika orang
sedang penuh memberikan perhatian, jangan menyela, jangan canda dan
sebaiknya tidak bicara tentang ‘pribadi’ orang itu. Orang akan merasa
diterima daripada dinilai. ’Mendengarkan menciptakan pemahaman’. Jika
Anda memahami orang lain sepenuhnya, Anda kemudian tahu apa yang bisa
dilakukan untuk menjadi lebih dekat untuk bisa bekerja sama.
Dalam hubungan-hubungan yang efektif, masing-masing pihak mengungkapkan
secara terbuka posisi dan perasaan mereka. Kadangkala terjadi, kita
berharap orang lain yang lebih dahulu memahami kita. Ini jelas harapan
yang sangat tidak realistis.
Demi
membuat hubungan efektif, kita harus memperlakukan diri kita dan orang
lain dengan penuh respek. Ingat, bahwa respek adalah inti penting dari
apapun orang lain dan memahami cara mereka melihat sesuatu. Menilai
orang lain secara prematur adalah sebuah tindakan yang bertolak belakang
dari respek. Anda bisa respek orang lain meskipun perilaku mereka tidak
bisa dimengerti. Bagaimana caranya? Hargai orang lain, mulai dari,
misalnya asal mereka, prestasi mereka, atau pandangan dan sikap mereka
terhadap sesuatu.
Respek adalah dasar dari hubungan yang kuat,
ini berarti menghargai diri Anda sendiri sebagaimana menghargai orang
lain. Artinya, jika Anda menghargai diri Anda bagus, jauh lebih mudah
untuk menghargai dan memperlakukan orang lain dengan bagus juga.
Kunci lain untuk membentuk hubungan efektif adalah berbesar hati
menghadapi berbagai macam perbedaan. Letakkan pemahaman bahwa perbedaan
antara manusia-manusia adalah sesuatu yang menarik dan alami. Mereka
diciptakan berbeda-beda. Mereka dibesarkan di lingkungan yang
berbeda-beda. Tidak ada dua manusia yang sama identik. Artinya,
perbedaan musti disikapi secara positif.
Dengan ‘mendengarkan’
Anda bisa menemukan ‘kebenaran’ baru yang terintegrasi diantara dua
perspektif yang berbeda. Bukankah, mustinya lebih menyenangkan daripada
misalnya, menyingkirkan, beradu pendapat, mengeluh, atau memusuhi.
Belajar menghadapi perbedaan membutuhkan waktu dan kadangkala membuat
situasi batin Anda tidak nyaman, tetapi hanya itu satu-satunya jalan
untuk memahami orang lain.
Solusi musti dilakukan untuk
memenangkan semua pihak. Dalam dunia kerja, tidak ada seorangpun yang
bisa memenangkan dirinya sendiri. Dalam membangun hubungan kerja yang
efektif, win-win solution adalah tujuan, bukan sekedar sarana.
Pihak-pihak musti mendapatkan kemanfaatan dari perbedaan-perbedaan itu
baru kemudian muncul kemauan bekerja sama.
Hal-hal apa yang bisa membantu ?
1. Setidaknya salah satu pihak meyakini sangat pentingnya hubungan yang efektif
Seandainya saya menilai bahwa hubungan dengan orang lain penting, maka
saya akan meluangkan waktu, biaya dan energi untuk bisa memahami
kebutuhan orang itu dan mengetahui apa-apa saja yang berhubungan
dengannya. Jauh lebih mudah bila kedua belah pihak menilai pentingnya
hubungan yang efektif, meskipun tidak harus kedua belah pihak.
Karena hanya satu pihaik yang melakukan inisiatif, apakah ini akan
selalu berhasil? Jawabannya adalah tidak akan selalu berhasil, namun
Anda sebagai pihak yang menilai positif dan melakukan inisiasi, selalu
mendapatkan kemanfaatan bagi diri Anda sendiri.
2. Belajar mendengar tanpa prasangka
Ini akan membentuk diri Anda menguasai seni berhubungan dengan orang
lain. Coba perhatikan, ketika orang lain menanggapinya dengan dingin dan
penuh prasangka, ia akan segera menilai Anda sama negatifnya dengan
penilaian Anda terhadap dia, bukan? Menghakimi orang lain selalu membuat
jarak dan memunculkan kecurigaan.
3. Temui orang secara informal
Kebanyakan orang merasa lebih rileks dalam situasi informal. Ini akan
jauh lebih efektif untuk tujuan membangun hubungan yang lebih erat.
Suasana informal akan menciptakan suasana nyaman sehingga masing-masing
pihak bisa bebas untuk mengemukakan hal-hal penting untuk mereka.
4. Suasana
Manusia-manusia saling berhubungan dengan berbagi ide dan perasaan.
Ketika memunculkan kebahagiaan atau kesedihan, bukankah Anda lebih
merasa lebih terhubung dengan orang lain. Anda tidak akan bisa
mengungkapkan hal-hal itu kepada orang lain yang tidak Anda kenal bukan?
Ada kesempatan untuk memunculkan suasana positif dalam berhubungan
dengan orang lain. Hal ini juga dengan hubungan efektif musti diciptakan
demi munculnya komitmen pencapaian bersama.
Change yourself, change others!
First
thing first, Leader perlu melakukan diagnosa awal untuk mengetahui
bentuk-bentuk hubungan yang tidak efektif. bila diagnosa hubungan dalam
kelompok kerja negatif, maka bisa dilakukan pencermatan,
apakah
hubungan tidak efektif itu terjadi pada hubungan antar dua manusia,
hubungan antara manusia dalam kelompok, hubungan antar kelompok dan
hubungan dalam seluruh organisasi. Dengan pengelompokan ini akan
membantu untuk melakukan serangkaian tindakan atau program untuk
perbaikan.
Seandainya terjadi hubungan tidak efektif diantara
dua orang, para Leader bisa melakukan teraphy dengan metode pembelajaran
‘active listening’, atau dengan bergiliran saling membantu dan atau
menawarkan bantuan. Letakan dua orang atau lebih yang bermasalah
tersebut dalam satu acara informal. Fokuskan perhatian pada dinamika
komunikasi mereka.
Jika hubungan tidak efektif terjadi antara
orang dengan kelompok atau antar kelompok, Leader perlu melakukan metode
bermain peran. Leader sebaiknya memposisikan diri sebagai coach dan
trainer untuk mencairkan hubungan itu. Baru kemudian melakukan suatu
perbaikan dan penguatan hubungan yang sudah baik. Ini disebut dengan
teknik unfreeze, move dan freeze.
Cara-cara efektif untuk
membina hubungan baik dalam kelompok besar, bisa juga dilakukan dengan
memperbanyak agenda rutin informal gathering. Misalnya dalam acara
coffee morning. Dalam acara-acara bentukan manajemen ini, harus
diupayakan agar tidak selalu pimpinan formal tertinggi yang mengambil
tempat untuk berbicara. Tetapi jauh lebih baik bila para informal leader
diminta turut mengemukakan pendapatnya. Bahkan, dengan teknik persuasi
tertentu, informal Leader bisa seolah tanpa sengaja mengundang
perwakilan dua pihak yang kurang harmonis hubungannya untuk maju kedepan
dan membuat beberapa games kecil.
Dalam
situasi lain, Leader sebaiknya membuat kesempatan dialog antar
kelompok. Ingat, bukan diskusi melainkan dialog. Pahami bahwa diskusi
menggunakan kepala, sementara dialog mengedepankan hati dan perasaan.
Leader harus meminimalisir jalannya dialog agar tidak terpancing ke arah
debat yang destruktif. Ia harus bisa memainkan peran ringan, penuh
canda dan asertif namun juga penuh dengan sisipan pesan-pesan moral
perlunya membangun hubungan yang positif.
Dalam kesempatan
lain, perlu diupayakan pelatihan team work dan team building. Manfaatkan
metode outbound, demi mencairkan suasana agar para peserta lepas dari
kegiatan rutin di tempat kerja. Outbound dikenal sangat effektif untuk
membangun hubungan-hubungan efektif baik diantara orang-orang anggota
maupun antar kelompok. Tidak sekedar memberikan pemahaman kepada seluruh
anggota peserta, namun juga sekaligus menciptakan chemistry positif
diantara anggota. Dan, tentu saja tidak boleh dilupakan, bahwa
metode ini mendorong peserta untuk keluar dari batasan pikiran mereka
masing-masing, semacam menciptakan tantangan imaginer untuk menjawab:
Kami Bisa!
Prinsip-prinsip membangun hubungan yang efektif di
tempat kerja, biasanya universal. Maksudnya, bisa diterapkan dalam
kehidupan pribadi ataupun dalam kehidupan pekerjaan. Tidak tergantung
pada usia atau level pekerjaan mereka.
Syarat pentingnya
adalah, para Leader musti mampu melihat bahwa, setiap anggota bisa dan
mampu melakukan yang terbaik bagi tim kerja, kedua selalu ada jalan
untuk mencapai solusi win-win. Syarat ketiga adalah, maukah para Leader
memulai lebih dulu untuk merubah dirinya sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar