Untuk
menjalani sebuah kehidupan pasti ada tokoh yang menjadi inspirasi kita . Banyak
tokoh-tokoh yang dapat menginspirasi di dunia ini, banyak kareteristik yang di
miliki tokoh-tokoh di dunia . Tergantung dari Kita memilih tokoh yang mana yang
menjadi Pilihan untuk hidup kita. Tokoh yang menjadi pilihan Kita adalah sosok
yang menjadi Pemimpin.
Pemimpin dalam suatu
organisasi maupun dalam pemerintahan memegang peran yang amat penting demi
kemajuan organisasi atau institusi tersebut. Dalam perkembangan sekarang ini,
orang-orang sangat mendambakan pemimpin yang peduli dan melayani. Harapan
terbesar terhadap seorang pemimpin baru oleh masyarakat adalah kepemimpinan
yang melayani, apabila gaya kepemimpinan ini berkembang niscaya institusi yang
dipimpinnya akan sejahtera , bila ia menjadi seorang pemimpin terhadap
sekelompok masyarakat , maka rakyatnya akan makmur.
" Good leaders must first become good servants" - Robert
Greenleaf
Pengertian Pemimpin yang Melayani
Pemimpin
yang hebat diawali dengan bertindak sebagai pelayan bagi orang lain.
Kepemimpinan yang sesungguhnya timbul dari motivasi utama untuk membantu orang
lain.
Kedua kata “melayani” dan “pemimpin” biasanya dianggap sebagai hal yang berlawanan. Ketika kedua hal yang bertolak belakang disatukan dengan cara yang kreatif dan berarti, sebuah paradoks muncul. Jadi, kedua hal tersebut telah disatukan untuk menciptakan ide paradoksial tentang kepemimpinan yang melayani.
Greenleaf
(2002) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami
untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran, seseorang ingin
memimpin. Greenleaf (2002) mendefinisikan pemimpin yang melayani adalah seorang
pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut,
dirinya dan komunitasnya dan karenanya ia mendahulukan hal-hal tersebut
dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja.
Karakteristik Pemimpin yang
Melayani
Menurut Larry C. Spears (1995), mengacu pada pemikiran
Greenleaf, terdapat karakteristik seorang pemimpin maupun calon pemimpin yang
ditunjukkan dari sikap dan perilaku pemimpin tersebut , yang dipaparkan pada
list berikut :
1.
Kesediaan untuk menyimak (listening)
Biasanya, seorang pemimpin dinilai berdasarkan kemampuannya dalam
berkomunikasi dan mengambil keputusan. Kemampuan ini juga penting bagi pemimpin
yang melayani, pemimpin ini perlu dikuatkan dengan komitmen yang kuat untuk
mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh. Pemimpin yang melayani mencoba
untuk mengidentifikasikan keinginan dari sebuah kelompok dan membantu
mengklarifikasikan keinginan tersebut, dengan cara menyimak.
2.
Kuat dalam empati (empathy)
Pemimpin yang melayani berusaha untuk mengerti dan berempati dengan orang
lain. Manusia perlu untuk merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang
khusus dan unik.
3.
Melakukan pemulihan-pemulihan (healing)
Salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah
kemampuannya untuk melakukan pemulihan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
4.
Penyadaran/peningkatan kesadaran (awareness)
Kesadaran umum, dan terutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin yang
melayani. Kesadaran juga membantu seseorang dalam memahami persoalan yang berhubungan
dengan etika dan nilai.
5.
Memiliki sifat persuasif (persuasion)
Karakteristik lain dari pemimpin yang melayani adalah mengandalkan persuasi
dalam pengambilan keputusan, bukan posisi sebagai otoritas. Pemimpin yang
melayani mencoba untuk meyakinkan orang lain, bukan memaksa orang lain untuk
patuh.
6.
Mampu membuat konsep (conceptualization)
Pemimpin yang melayani mengembangkan kemampuannya untuk “memimpikan hal-hal
besar.” Kemampuan untuk melihat permasalahan (atau sebuah organisasi) dari
perspektif konseptualisasi berarti bahwa seseorang harus berpikir melebihi
realitas sehari-hari. Pemimpin yang melayani menyeimbangkan antara pemikiran
konseptual dengan pendekatan dengan fokus harian.
7.
Mampu membuat perkiraan yang tepat (foresight)
Foresight adalah sebuah karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang
melayani untuk memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini dan
kemungkinan konsekuensi dari sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini juga
berakar di dalam pikiran intuitif.
8.
Penatalayanannya baik (stewardship)
Peter Block (dalam Spears 2004) telah mendefinisikan stewardship sebagai
“memegang sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh orang lain”. Pemimpin yang
melayani, seperti stewardship, mengasumsikan komitmen utama untuk melayani
kebutuhan orang lain. Hal ini juga menekankan pada penggunaan keterbukaan dan
persuasi dibandingkan dengan pengendalian.
9.
Memiliki komitmen untuk menghasilkan proses
pembelajaran (commitment to the growth of people)
Pemimpin yang melayani percaya bahwa orang lain mempunyai nilai intrinsik
melebihi kontribusi nyata mereka sebagai karyawan atau pekerja. Sebagai
hasilnya, pemimpin yang melayani berkomitmen secara mendalam pada pengembangan
dari masing-masing dan setiap individu dalam institusi. Pemimpin yang melayani
menyadari tanggung jawab yang luar biasa untuk melakukan semua hal yang
memungkinkan untuk membantu pembelajaran sumber daya manusia.
10. Serius dalam
upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building community)
Pemimpin yang melayani merasakan bahwa banyak hal yang telah hilang dalam
sejarah manusia belakangan ini sebagai hasil dari pergeseran dari komunitas
lokal menjadi institusi besar sebagai pembentuk utama dalam hidup manusia. Hal
ini menyebabkan pemimpin yang melayani untuk mencoba mengidentifikasikan
beberapa sarana untuk membangun komunitas di antara mereka yang bekerja di
institusi tersebut.
Hal yang perlu dicatat di sini adalah dalam
pekerjaannya sehari-hari, seorang pemimpin yang melayani mendahulukan orang
lain. Ia juga membuat orang menjadi terinspirasi, terdorong, belajar, dan
mengambil alih keteladanannya. Pendekatannya bukanlah pendekatan kekuasaan,
akan tetapi pendekatan hubungan atau relasional.
Selain itu Spears juga mengungkapkan indikator tentang pemimpin yang melayani , indikator ini juga merupakan penambahan dari hasil studi pasca Spears. Indikator tersebut antara lain:
1) Pemimpin yang melayani menyadari dan menghayati bahwa ia melayani suatu hal yang lebih besar dari dirinya atau organisasinya.
Selain itu Spears juga mengungkapkan indikator tentang pemimpin yang melayani , indikator ini juga merupakan penambahan dari hasil studi pasca Spears. Indikator tersebut antara lain:
1) Pemimpin yang melayani menyadari dan menghayati bahwa ia melayani suatu hal yang lebih besar dari dirinya atau organisasinya.
2) Pemimpin
yang melayani memberikan teladan untuk prilaku dan sikap yang ia ingin hadir
dan menjadi bagian utama dari hidup pengikutnya. Jadi ia tidak memaksakan orang
untuk mengambil alih suatu perilaku atau memaksa dengan berbagai hal-hal yang
ia inginkan.
3) Pemimpin yang melayani memiliki pribadi yang otentik yaitu kerendahan hati, dapat diminta pertanggung jawaban, integritas antara nilai, gambar diri dan ambisinya, serta ia tampil sebagai manusia biasa dengan kelemahannya.
3) Pemimpin yang melayani memiliki pribadi yang otentik yaitu kerendahan hati, dapat diminta pertanggung jawaban, integritas antara nilai, gambar diri dan ambisinya, serta ia tampil sebagai manusia biasa dengan kelemahannya.
4) Pemimpin
yang melayani juga mempersoalkan masalah moral dan berani mengambil resiko
dalam menegakkan prinsip etika tertentu.
5) Pemimpin
yang melayani memiliki visi dan mampu memberdayakan orang.
6) Pemimpin
yang melayani mampu memberikan kepercayaan dan pemahaman atas keadaan
pengikutnya
7) Pemimpin
yang melayani sering bekerja dalam kerangka pikir waktu yang panjang. Ia tidak
mengharapkan hasil spektakuler terlalu cepat karena ia menyadari bahwa untuk
menggerakkan dan mentransformasi orang diperlukan waktu yang panjang dan proses
yang berkesinambungan.
8) Pemimpin
yang melayani melakukan komunikasi yang proaktif dan bersifat dua arah.
9) Pemimpin
yang melayani juga dapat hidup di tengah perbedaan pendapat, bahkan ia merasa
tidak nyaman bila pendapat, paradigma dan gaya kerja sejenis.
10) Pemimpin
yang melayani memberikan kepercayaan dan wewenang kepada pengikutnya. Ia
memiliki gambaran positif, optimis tentang mereka. Ia memberdayakan mereka
melalui sharing pengetahuan, skill dan perspektif.
11) Pemimpin
yang melayani menggunakan persuasi dan logika untuk mempengaruhi orang, selain
dengan peneladanan.
12) Pemimpin
yang melayani tidak berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan dan melahirkan
pahlawan-pahlawan.
13) Pemimpin
yang melayani mengerjakan banyak hal dan menghindar dari berbagai hal yang
orang lain dapat lakukan. Hal yang terpenting bahwa pemimpin yang melayani
tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik. Ia juga menjadi sosok
yang tidak dikendalikan oleh berbagai kelompok yang kuat. Dalam pekerjaan
sehari-hari seorang pemimpin yang melayani mendahulukan orang lain. Ia juga
membuat orang jadi terinspirasi, terdorong, belajar dan mengambil alih
keteladanannya. Pendekatannya bukanlah dengan kekuasaan melainkan pendekatan
hubungan atau relasional.
Sosok Salah seorang Tokoh
Moril dunia yang banyak dikagumi dan menjadi sangat Inspiratif bagi setiap
seorang Pemimpin Sejati - dalam melayani, oleh karena ketulusannya menghabiskan
hampir sebagian sisa hidupnya untuk Pelayanan Kemanusiaan , dia adalah Mother
Theresa. Mother Theresa adalah sosok yang saya kagumi dan yang menginspirasi
dalam hidup saya. Bagaimana Ia tulus dan ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.
Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih; tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.
Bila engkau jujur dan
terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu; tapi bagaimanapun, jujur dan
terbukalah.
Bila engkau mendapat
ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain jadi iri; tapi
bagaimanapun, berbahagialah.
Bila engkau sukses, engkau
akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati; tapi
bagaimanapun, jadilah sukses.
Apa yang engkau bangun
selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam;
tapi bagaimanapun, bangunlah.
Kebaikan yang engkau
lakukan hari nini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang; tapi bagaimanapun,
berbuat baiklah. Bagaimanapun, berikan yang terbaik
dari dirimu.
dari dirimu.
Pada akhirnya, engkau akan
tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu,Bukan urusan antara
engkau dan mereka.
Itulah yang selalu dikatakan oleh
salah seorang tokoh kemanusiaan yang dipenuhi oleh rasa cinta kasih. Bunda
Teresa, seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat
miskin di India.
Dilahirkan di Skopje, Albania pada
26 Agustus 1910, Bunda Teresa merupakan anak bungsu dari pasangan Nikola dan
Drane Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. Ketika
dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima pelayanan sakramen
pertamanya ketika berusia lima setengah tahun dan diteguhkan pada bulan
November 1916.
Ketika berusia delapan tahun,
ayahnya meninggal dunia, dan meninggalkan keluarganya dengan kesulitan
finansial. Meski demikian, ibunya memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya
dengan penuh kasih sayang. Drane Bojaxhiu, ibunya, sangat memengaruhi karakter dan
panggilan pelayanan Gonxha.
Ketika memasuki usia remaja, Gonxha
bergabung dalam kelompok pemuda jemaat lokalnya yang bernama Sodality. Melalui
keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor
Jesuit, Gonxha menjadi tertarik dalam hal misionari. Tampaknya hal inilah yang
kemudian berperan dalam dirinya sehingga pada usia tujuh belas, ia merespons
panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati misionaris Katolik.
Pada tanggal 28 November 1928, ia
bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan
nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di
India. Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto, ia
memilih nama Teresa dari Santa Theresa Lisieux.
Suster Teresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang biarawati.
Suster Teresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang biarawati.
Setelah mengikrarkan komitmennya
kepada Tuhan, ia pun mulai mengajar pada St. Mary’s High School di Kalkuta. Di
sana ia mengajarkan geografi dan katekisasi. Dan pada tahun 1944, ia menjadi
kepala sekolah St. Mary. Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC
sehingga tidak bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya, ia pun
dikirim ke Darjeeling.
Dalam kereta api yang tengah melaju
menuju Darjeeling, Suster Teresa mendapat panggilan yang berikut dari Tuhan;
sebuah panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan belas
kasih bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri, merasuk
dalam hatinya. Hal ini kemudian menjadi kekuatan yang mendorong segenap
hidupnya. Saat itu, 10 September 1946, disebut sebagai “Hari Penuh Inspirasi”
oleh Bunda Teresa.
Selama berbulan-bulan, ia
mendapatkan sebuah visi bagaimana Kristus menyatakan kepedihan kaum miskin yang
ditolak, bagaimana Kristus menangisi mereka yang menolak Dia, bagaimana Ia
ingin mereka mengasihi-Nya. Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster
Teresa untuk meninggalkan ordonya dan memulai pelayanannya di bawah Keuskupan
Kalkuta. Dan pada 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya ia memakai pakaian
putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris biru.
Ia memulai pelayanannya dengan
membuka sebuah sekolah pada 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh. Karena
tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana ia
mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, di samping mengajarkan
membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal
pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat
mereka.
Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya
berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala
perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu,
melainkan juga dari berbagai organisasi gereja.
Pada 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Diinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan.
Pada 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Diinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan.
Segera saja mereka menemukan begitu banyak pria,
wanita, bahkan anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di jalan-jalan setelah
ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak oleh belas kasihan, Bunda Teresa
dan rekan barunya itu pun menyewa sebuah ruangan untuk merawat mereka yang
sekarat.
Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity
didirikan di Kalkuta. Mereka yang tergabung di dalamnya pun semakin teguh untuk
melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani kaum termiskin di
antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima pemberian materi apa pun
sebagai balasan atas pelayanan yang mereka lakukan.
Pada awal 1960-an, Bunda Teresa
mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu,
pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di Venezuela
(1965), yang kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania
Roma, dan Australia yang ditujukan untuk merawat kaum miskin.
Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini sendiri di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri.
Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS.
Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini sendiri di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri.
Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS.
Berkat baktinya bagi mereka yang
tertindas, Bunda Teresa pun mendapatkan berbagai penghargaan kemanusiaan. Pada
tahun 1979, ia menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan
ini diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia juga
memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston. Setelah mengabdikan dirinya
selama bertahun-tahun di India, tentu saja pemerintah India tidak menutup mata
akan pelayanannya. Maka pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru
Prize.
Setahun kemudian, ia menerima
Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk menerima penghargaan
tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri dari
sepuluh kelompok agama di dunia.
Puncaknya ialah pada tahun 1979
tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Hadiah uang sebesar $6.000 yang
diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta. Hadiah tersebut
memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang selama setahun penuh. Ia
berkata bahwa penghargaan duniawi menjadi penting hanya ketika penghargaan
tersebut dapat membantunya menolong dunia yang membutuhkan.
Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama agi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.
Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama agi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.
Pelayanan Bunda Teresa sama sekali
tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India.
Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di
antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban
radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia.
Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada 13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa.
Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada 13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa.
Bunda Teresa akhirnya meninggal
dunia pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Berbagai petinggi dari
23 negara menghadiri pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada 13 September
1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan
Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah
orang-orang yang selama ini dilayani oleh Bunda Teresa.
Pesan Moril Untuk Setiap Seorang
Pemimpin
Kamu
tidak membutuhkan posisi, untuk menjadi seorang PEMIMPIN. Posisi dan pangkat,
tidak otomatis membuatmu langsung disebut sebagai seorang PEMIMPIN. Buktikan,
meskipun kamu adalah seorang yang tidak punya posisi dan pangkat, tapi kamu
tetap bisa MEMIMPIN, MENGGERAKKAN, serta MENGIPIRASI orang lain! Anthony Dio
Martin
"If you are not failing every
now and again, it's a sign you are not doing anything very inovative Woody
Allen"
Takut akan kegagalan seharusnya
tidak menjadi alasan untuk tidak mencoba sesuatu. Kepemimpinan adalah Anda
sendiri dan apa yang Anda lakukan.
YES ,, I DO ....
Saya pasti bisa bagaimana
melaksanakan tugas yang saya lakukan dengan ikhlas dan tulus meskipun berat dan
letih dengan aktivitas yang ada tapi itu bukan alasan untuk menghalangi saya
^.^
Tetep semangaaadd selalu ..